Tanjung Perak, tepi laut.. Siapa suka, boleh ikut…
Mendengar penggalan lagu tersebut, kalian pasti langsung terbayang dengan suasana pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa. Tanjung Perak adalah sebuah daerah di Surabaya sebelah utara yang memiliki pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, yakni Pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan ini menggantikan peran Pelabuhan Kalimas sejak tahun 1910. Pada awalnya, Pelabuhan Kalimas menjadi pelabuhan utama. Letaknya yang berada di dekat Jembatan Merah membuat Pelabuhan Kalimas dipandang kurang strategis, sebab kapal-kapal berukuran besar tidak dapat masuk dan harus menggunakan kapal tongkang yang lebih kecil untuk menurunkan dan menaikkan muatan.
Kinerja yang tidak efisien tersebut membuat 2 tokoh berkeinginan untuk membangun pelabuhan yang lebih besar. Pada tahun 1875, Ir. W. De Jongth bermaksud mendirikan pelabuhan yang lebih representatif. Akan tetapi, biaya pembangunan yang sangat besar menghalangi rencananya untuk membangun pelabuhan baru. Baru pada tahun 1910, Ir. W. B. Van Goor bersemangat meneruskan rencana tersebut. Bersama dengan G. J. De Jongth dan Prof. Dr. J. Kaus yang bertugas membuat detail rencana Pelabuhan Tanjung Perak, pembangunan dimulai pada tahun 1910.
Sempatkanlah naik kapal menuju ke Madura, supaya kalian dapat merasakan suasana pelabuhan sekaligus suasana kapal yang mengajak kalian berkelana di atas laut. Eits, untuk menuju Madura, pelabuhan yang harus kalian singgahi adalah Pelabuhan Ujung yang jaraknya tidak jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak. Tiket ke Madura yang murah dan durasi perjalanan yang tidak terlalu lama dari Pelabuhan Ujung membuat Madura juga pantas masuk ke daftar tempat yang harus dikunjungi.
Masih ada Jembatan Suramadu yang menjadi kebanggaan warga Jawa Timur. Jembatan dengan panjang 5.438 meter dan lebar 30 meter tersebut menjadi jembatan terpanjang di Indonesia hingga saat ini. Dibangun pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2009, pembangunan jembatan tersebut diperkirakan menelan biaya 4,5 triliun rupiah. Jika kalian punya gangguan berupa mabuk laut, melewati jalur darat via Jembatan Suramadu bisa menjadi pilihan yang tepat. Pemandangan Selat Madura di sisi timur dan barat jembatan akan membuat kalian terkesima akan struktur megaproyek yang satu ini.
Selain Pelabuhan Tanjung Perak yang begitu megah, objek lain yang tak kalah megahnya adalah Monumen Jalesveva Jayamahe atau kerap disebut Monjaya. Kata Jalesveva Jayamahe yang menjadi semboyan TNI AL berarti “Di Laut Kita Jaya”. Monumen yang terletak di sebelah timur Pelabuhan Tanjung Perak itu diharapkan dapat menambah semaraknya ujung timur Surabaya, yang berarti ikut menambah indahnya Surabaya sebagai Kota Pahlawan. Monumen megah itu menghadirkan sosok seorang perwira TNI Angkatan Laut yang menatap tajam ke arah laut. Kehadiran Monjaya menggambarkan generasi penerus yang memiliki keyakinan penuh dan kesungguhan untuk menerjak ombak dan menembus badai, demi arah yang dituju yaitu cita-cita bangsa Indonesia.
Selain sebagai ikon kebanggaan Angkatan Laut, Monjaya juga digunakan sebagai mercusuar bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitarnya. Berdiri di atas gedung setinggi 29 meter, sang patung perwira memiliki tinggi 31 meter, sehingga ketinggian totalnya berjumlah 60 meter. Gedung tersebut juga berfungsi sebagai ‘Executive Meeting Room’. Pembangunan Monjaya dilakukan sejak tahun 1990 hingga 1996, dan diresmikan pada tanggal 5 Desember 1996 bertepatan dengan HUT TNI AL (dulu disebut Hari Armada TNI AL). Di pelataran Monjaya, terdapat gong besar yang dibuat dan diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya. Gong tersebut memiliki diameter 5 meter, tebal 6 milimeter, dan mempunyai bobot 2,2 ton. Gong raksasa itu dijuluki Gong Kiai Tentrem. Berminat mengunjungi Surabaya? Jangan lupa mampir ke tempat ini, ya.